PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP AMEn (APPARENT METABOLIZABLE ENERGY N CORRECTION) PADA ITIK MOJOSARI JANTAN DAN BETINA

Ricky Maula Widodo, Eka Fitasari, Nonok Supartini

Abstract


This study aims to determine the percentage of use of the best protein level in feed ration against AME and N correction on mojosari duck male and female grower phase due to the use of feed formulation with 3 different Protein content. Ducks used were male mojosari ducks and females grower phase (age ≥4 weeks) with an average body weight of 1485 g ± 41.55. Field research using Completely Randomized Design of Native Patterns. The Factor 1: Sex (male and female) Factor 2: The protein level of each unit consists of 1 duck so that the total duck needed is 24 tail consisting of 12 male mojosari ducks and 12 female mojosari ducks. The results showed that the treatment of dietary protein level in feed formulation that the treatments had significantly different effect (P <0.01) on the male duck using 20% ration protein. Against the male mojosari ducks at AMEn. The highest metabolic energy value in male duck that got protein 20% was 2977,47 Kkal / Kg, and gave a very significant different effect (P <0.01) on female duck using 20% ration protein at nitrogen retention. The highest nitrogen retention rate in female ducks that got 20% protein by 8.11 g. Further research is recommended for in-vivo field testing with postal cages from DOD ducks to harvest and analysis of body fat

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan persentase penggunaan level ptotein terbaik dalam ransum pakan terhadap AME dan N correction pada itik Mojosari jantan dan betina fase grower akibat penggunaan formulasi pakan dengan 3 kandungan protein yang berbeda. Itik yang digunakan adalah itik mojosari jantan dan betina fase grower (umur ≥4 minggu) dengan bobot badan rataan 1485 g ±41,55. Penelitian lapangan menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola Tersarang. Adapun kode perlakuan sebagai berikut: Faktor 1 : Jenis kelamin (Jantan dan Betina) Faktor 2 : Tingkat protein setiap unit terdiri dari 1 ekor itik sehingga total itik yang dibutuhkan yaitu 24 ekor yang terdiri dari 12 itik mojosari jantan dan 12 itik mojosari betina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tingkat protein ransum dalam formulasi pakan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) pada itik jantan penggunaan protein ransum sebesar 20%. Terhadap itik mojosari jantan pada AMEn. Nilai energi metabolis tertinggi pada itik jantan yang mendapat protein 20% sebesar 2977,47 Kkal/Kg, dan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) pada itik betina penggunaan protein ransum sebesar 20% pada retensi nitrogen. Nilai retensi nitrogen tertinggi pada itik betina yang mendapat protein 20% sebesar 8,11 g. Disarankan penelitian lebih lanjut untuk uji lapang in-vivo dengan kandang postal dari itik DOD sampai panen dan analisa terhadap lemak tubuh.

Keywords


Itik Mojosari; Energi Metabolis; Retensi Nitrogen; Protein; Pakan

References


Anggorodi, R. 2005. Ilmu Makanan Ternak Unggas. UI. Jakarta

Djunaidi, I. dan M. H.natsir. 2003. Pengaruh Penambahan Tepung Temulawak (Curcuma Xanthorriza ROXB) dalam pakan Terhadap Energi Metabolis dan Retensi Ayam Pedaging. Jurnal Peternakan vol.III P 13 (3), 26-28. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang

Mc Donald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA. 2002. Animal Nutrion. Ed ke-6. Gosport (UK): Ashford Colour Pr.

Nuraini. 2009. Performa broiler dengan ransum mengandung campuran ampas sagu dan ampas tahu yang difermentasi dengan (Neurospora crassa). Media Peternakan. 32 : Artikel Penelitian 196 – 203.

Rizal, Y. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Andalas University Press. Padang Sanggala,N. R. 2009. Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolena odorata) terhadap Pertumbuhan dan IOFC dalam Ransum Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Umur 1 Sampai 42 Hari. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

SNI (Standar Nasional Indonesia). 2008. Kumpulan SNI bidang pakan. Direktorat Budidaya Ternak Non Ruminansia, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta. (Diakses tanggal 11 Februari 2017)

Terpstra, K. And. Janssen W. M. M. A dalam (Acmanu, 1992). Methods for determination of metabolizable energy and digestibility coeffients of poultry feeds. Speldeerholtintitue for poultry research. Report no. 101. Beekbergen, Holland.

Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan Perancangan Analisa dan Interpretasinya, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Zakaria, A. 1992. Pengaruh Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik Terhadap Nilai Energi Metabolis Bahan Pakan dan Aplikasinya Dalam Ransum Itik. Disertasi. UNPAD. Bandung


Refbacks

  • There are currently no refbacks.