PENAMPILAN REPRODUKSI PEJANTAN BOER DIDASARKAN PADA BOBOT LAHIR, PERTAMBAHAN BOBOT BADAN PRASAPIH DAN BOBOT SAPIH CEMPE YANG DIHASILKAN

Ferdinand Kalambar Lamik, Nonok Supartini, Kresno Suharto

Abstract


Boer Goat is one of the leading types of goat meat producers. The genetic advantages of Boer goats are fast growth, adaptability to various environmental conditions, have good meat quality in accordance with body conformation and have good reproductive traits. This study aimed 1) To determine the reproduction performance of male Boer goat based on birth weight, weight gain of body pre-weaning and weight of weaning calf produced.
This research was done in CV. Burja Goat Farms located at Giripurno Kec. Bumiaji, Stone Town. Starting on May 16 to June 16, 2016.The method used in this study is a case study and direct observation in the field. Male Boer goats that were observed amounted 10 goats with a range of age between 2-4 years with ± 100-120 kg of. The observed variables were the reproduction performance of male Boer which can be seen from: 1) calf birth weight was measured using digital scale. 2) Weigh gain pre-weaning was measured weekly using digital scale until the calf weaned. 3) Weaning weight of calf was measured using hanging scales at the age of ± 77 days. The data obtained were then analyzed using descriptive by observing the population growth index and productivity of male Boer goats.
The results of this study, it can be concluded that there are 3 best male categories viewed from the average birth weight of calf, they are P4 and P8 with average birth weight of calf of 4.0 kg, in terms of the average weight gain pre-weaning and calf weaning weight is P9 with the average weight gain pre weaning and average weaning weights of 28.9 kg and 20.5 kg respectively.


Kambing Boer adalah salah satu jenis kambing unggul penghasil daging. Keunggulan genetik yang dimiliki kambing Boer adalah pertumbuhan cepat, mudah beradaptasi pada berbagai kondisi lingkungan, mempunyai kualitas daging yang bagus sesuai dengan konformasi tubuhnya serta mempunyai sifat reproduksi yang baik. Penelitian ini bertujuan 1) Untuk mengetahui penampilan reproduksi pejantan Boer yang didasarkan pada bobot lahir, pertambahan bobot badan prasapih dan bobot sapih cempe yang dihasilkan.
Penelitian ini di laksanakan di CV. Peternakan Kambing Burja yang beralamat di Giripurno Kec. Bumiaji, Kota Batu. Mulai pada tanggal 16 Mei s/d 16 Juni 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dan pengamatan langsung di lapang. Kambing Pejantan Boer yang diamati berjumlah 10 ekor dengan kisaran umur ternak antara 2 - 4 tahun dengan berat badan ± 100-120 Kg.Variabel penelitian yang di amati yaitu penampilan reproduksi pejantan boer yang di lihat dari: 1) Bobot lahir cempe dilakukan dengan cara diukur dengan menggunakan timbangan digital. 2) Pertambahan bobot badan prasapih dilakukan dengan cara diukur setiap minggunya dengan menggunakan timbangan digital sampai cempe disapih. 3) Bobot sapih cempe diukur dengan menggunakan timbangan gantung pada saat berumur ± 77 hari. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan deskriptif dengan mengamati indeks perkembangan populasi dan produktivitas ternak kambing pejantan boer.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 kategori pejantan terbaik ditinjau dari rataan bobot lahir cempe adalah P4 dan P8 dengan rataan bobot lahir cempe sebesar 4,0 kg, ditinjau dari rataan PBB cempe pra sapih dan bobot sapih cempe adalah P9 dengan rataan PBB cempe pra sapih dan rataan bobot sapih berurutan sebesar 28,9 kg dan 20,5 kg.

Keywords


Reproduksi pejantan Boer; bobot lahir; Pertambahan Bobot Badan Prasapih; bobot sapih cempe

References


Beti Y, 2016. Perbandingan produktivitas kambing boer dan burja f1 dari umur 0-77 (bobot lahir, pertumbuhan, bobot sapih dan tipe kelahiran).

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapang. PT. Grasindo. Jakarta.

Ihsan M.N., 2010. Pengembangan kambing dengan inseminasi buatan (kendala dan solusinya). Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang

Lu C.D. 2002. Goat Production: Progress and Perspective. http://www.uhh.hawaii. edu/uhh/vcaa/documents/BoerGoat Productio Progressand Perspective2002. pdf.08-04-08.

Rehfelt, C., I. Fieldler, N. C. Sticland. 2004. Number and Size of Muscle Fibres in Relation to Meat Production. In: Everst ME, tePas MWF,Haagsmant HP editor. Muscle Development of Livestock, AnimalPhysiology, Genetic and Meat Quality. USA: CABI Publising.

Romjali, E., L.P. Batubara, K. Simanihuruk dan S. Elieser. 2001. Keragaan Anak Hasil Persilangan Kambing Kacang dengan Boer dan Peranakan Etawah. Pros. Seminar Nas. Teknologi Peternakan dan Vet Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.

Safrial, R.A., S. Muthalib, Mulyana, H. Nur dan A. Nasution, 2007. Pengembangan Ternak Kambing PE Melalui Desa Binaan di Desa Sukamaju, Kabupaten Batanghari, PropinsiJambi.http://www.asosiasi_politekn ik.or.id.

Shipley, T. and L. Shipley. 2004. Mengapa harus Memelihara Kambing Boer “Daging untuk Masa Depan”. http://www.indonesiaboergoat.com

Sutama, I-K., B. Setiadi, Igm.Budiarsana, T. Kostaman A. Wahyuarman, M.S. Hidayat, Mulyawan, R.Sukmana Dan Bachtiarl. 2003. Pembentukan kambing persilangan Boereta untuk meningkatkan produksi daging dan susu. Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian Ternak

Sutama, I. K. 2007. Tantangan danPeluang Peningkatan ProduktivitasMelalui Inovasi Teknolog Reproduksi. http//:www.balitnak.litbang.deptan. go.id/ download/infoteknis/kambingpoton g/prokpo04-6.pdf.

Van Niekerk dan Casey, 1988. The boer goat II grouth, nutrietiants carcass and meat quality. Depertement of livestock science, faculty of agriculture university of preforia south Africa. Rumen res 1 : 355-368


Refbacks

  • There are currently no refbacks.