REDESAIN TAMAN KOTA ATAMBUA BERBASIS BUDAYA LOKAL

Huanda Gregorius Neksen Bere, Irawan Setyabudi, Balqis Nailufar

Abstract


The city of Atambua is the capital of Belu district, has many tourism potential, one of which is the Garden City of Atambua which is located in the middle of the city close to the settlement, offices, times talau, tennis general, and senggol market. Early development of the city park Atambua many visitors, by constructing the city facilities such as Plaza Atambua, make people more and more people visit the site compared to the city park in Atambua. The condition is caused by the lack of supporting facilities in the garden make visitors feel bored, modular garden design and does not follow the changes in the behavior of the society that the more modern, lack the characteristic of the garden so that the garden is not functional. For that we need to restore the city park Atambua as a landmark in Atambua with local culture as the characteristic of the garden, and designed with the adjectives adjust the urban life. The method used to design by modifying the method Rustam Judges (2012) and Gold (1980) and produce modern design using the concept of local culture.

Kota Atambua adalah Ibukota Kabupaten Belu, mempunyai banyak potensi wisata, salah satunya adalah Taman Kota Atambua yang terletak di tengah-tengah Kota, yang dekat dengan pemukiman, perkantoran, kali talau, lapangan umum, dan pasar senggol. Awal pembangunan Taman Kota Atambua ramai pengunjung, dengan dibangunnya fasilitas kota seperti Plaza Atambua, membuat orang lebih ramai mengunjungi tempat tersebut dibandingkan Taman Kota Atambua. Kondisi tersebut disebabkan oleh kurangnya fasilitas pendukung didalam taman membuat pengunjung merasa bosan, desain taman yang modular dan tidak mengikuti perubahan perilaku masyarakat yang semakin modern, tidak adanya ciri khas dari taman sehingga taman tidak fungsional. Untuk itu perlu mengembalikan Taman Kota Atambua sebagai landmark Kota Atambua dengan budaya lokal sebagai ciri khas taman, dan didesain dengan bentukan yang menyesuaikan kehidupan masyarakat urban. Metode yang dipakai untuk mendesain yaitu dengan memodifikasi metode Rustam Hakim (2012) dan Gold (1980) dan menghasilkan desain modern dengan mengunakan konsep budaya lokal.

Keywords


Taman Kota Atambua; Desain; Landmark; Konsep Budaya Lokal Atambua

References


Mengkaka, Blasius. (22 februari 2014). Situs Ksadan di Kabupaten Belu. http://www.kompasiana.com/1b3las-mk/situs-ksadan-di-kabupaten-belu_54f8520ea33311f07d8b45d9) diakses pada 10 juni 2017

Gold, Seymour M. 1980. Receation, Planning, and Design. New York, MC Grow Hill Book Company.

Hakim R. 2012. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap. Jakarta: Bumi Aksara Jakarta.

Hakim, R. dan H. Utomo. 2008. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap: Prinsip-Unsur dan Aplikasi Desain. Bumi Aksara. Jakarta. 126 hlm.

Lynch, Kevin. 1960. The Image Of The City, The MIT Press. Cambridge.

Sedyawati, Edi. (2007). Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta: Divisi Buku Perguruan Tinggi, Raja Grafindo Persada.

Setyabudi, I. (2016). Elemen dan Proses Desain Arsitektur Lanskap Taman Rumah Tinggal. Malang: CV. Dream Litera Buana.

Wiryomartono B.P. 2002. Urbanitas dan Seni Bina Perkotaan. Jakarta: Balai Pustaka.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.