ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN PUYER HERBAL PADA AYAM PEDAGING

Gerson Nyungga Meha, Erik Priyo Santoso, Sumarno Sumarno

Abstract


Broiler industry is clemanded to produce low fat product, due to healthy life style for consumer. Turmeric, kaempferia galanga, and curcuma zanthorrhiza are plants containing atsiri oil. These plants, bioactive substances, is able to increase weight,lower fat, and cholesterol.
This study aim to know the economic values by using herbs in some broiler levels.This research was conducted on 28 March 2017 - 01 May 2017 At Agricultural Laboratory of Tribhuwana Tunggadewi University Malang. DOC was used as material reached 80 chicks, turmeric, kaempferia galang, and curcuma zanthorriza. The method used complete random design by 4 treatments and 5 replications.Each treatment fed without herb 0,6% (P2), another fed by herb 0,9% (P3).
The analysis result showed that feeding herb suplement impacted different significant for total cost, price, and break event point (BEP) where as profit and over feed cost (OFC) did not impact significant because each treatment did not give high profit and it is not as good as total cost, so using suplement herb in ration is less profit economically.

Industri broiler dituntut untuk menghasilkan daging rendah lemak, karena mempunyai pengaruh negatif terhadap kesehatan konsumen. Kunyit, kencur dan temulawak merupakan tanaman yang memiliki kandungan kurkumin dan minyak atsiri.Ramuan herbal ini memiliki zat bioaktif yang dapat meningkatkan bobot karkas, menurunkan lemak dan kolesterol ayam.
Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai ekonomi penggunaan Puyer Herbal dalam beberapa level tertentu terhadap ayam pedaging. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 maret 2017 - 01 mei 2017 Di Laboratorium Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Materi yang digunakan yaitu DOC berjumlah 80 ekor, kunyit temulawak dan kencur. Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Setiap perlakuan dengan rincian: pemberian pakan tanpa puyer herbal (P0) ,pemberian pakan + puyer herbal 0,3% (P1), pemberian pakan + puyer herbal 0,6% (P2), pemberian pakan + puyer herbal 0,9% (P3)
Hasil penelitian menunjukkan pemberian suplemen Puyer Herbal berpengaruh berbeda nyata terhadap Total biaya produksi, Total harga, Break even point ( BEP ) sedangkan Laba / Rugi dan Income Over Feed Cost (IOFC) tidak berpengaruhi dikarenakan pada tiap perlakuan kurang mendapatkan keuntungan yang tinggi dan pendapatan yang diperoleh tidak sebanding dengan biaya ransum untuk setiap perlakuan. Pemanfaatan suplemen “Puyer Herbal” dalam ransum pada penelitian ini kurang memberikan keuntungan secara ekonomis.

Keywords


Analisis Ekonomi; Ayam Pedaging; Puyer Herbal

References


Hadi. S. dan Sidik. 1992. Pengobatan Hepatitis dengan Fitofarmaka. Simposium Nasional Hepatitis, Yokyakarta.

Pelczar, M. J., dan E. S. Chan. 1988. Dasar- Dasar Microbiologi. Edisi ke-2. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Rahardi, F. I. Satyawibawa dan R. N. Setyowati, 1993. Agribisnis Peternakan.Penebar swadaya, Jakarta.

Rostiana, O., E. A. Hadat Dan Taryono. 1989. Evaluasi dan pemanfaatan plasma nuftah kunyit. Simposium Tanaman Industri Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Bogor.

Sangat, H. Dan Rumantyo. 1989. Etnobotani Kunyit (Curcuma domestica Val). Kongres Nasional Biologi lX. Universitas Andalas, Padang.

Sigit, S,. 1991. Analisa Break Event. Rancangan Linier Secara Ringkas Dan Praktis. BPFE, Yogyakarta.

Sjoftan, o. 2008. Efek penggunaa tepung daun kelor (moringa oleifera) dalam pakan terhadap penampilan produksi ayam pedaging. Prosiding seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas peternakan Universitas Brawijaya, malang.

Tantalo, s. 2009. Perbandingan performans dua strain broiler yang mengonsumsi air kunyit. Jurnal ilimah ilmu-ilmu peternakan 13:146-152

Zainuddin, D Dan E. Wakradihardja. 2001. Racikan ramuan tanaman obat dalam bentuk larutan jamu dapat meningkatkan kesehatan hewan serta produktifitas ternak ayam buras. Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XIX. April 2001. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.