PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG PORANG (Amorphophallus muelleri Blume) TERHADAP KADAR SGPT PADA TIKUS (Rattus novergicus) STRAIN WISTAR DM TIPE 2

Yohanes Suni, Tanto Hariyanto, Novita Dewi

Abstract

DM tipe 2 lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM tipe 1, beberapa penelitian di laporkan resistensi insulin merupakan faktor sangat penting dalam patogenesis terjadinya CLD (Chronic Liver Dieses). Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka perlu dilakukan pemeriksaan kelainan hati pada penderita diabetes yang salah satunya dapat dilakukan dengan pemeriksaan enzim SGPT (Serum Glutamic Pyruvic transeminase). Tepung porang banyak mengandung Glukomanan, dalam glukomanan banyak serat dengan serat tersebut dalam lambung akan membentuk gel dan gel akan membuat lambung penuh dan mengirim sinyak kenyang ke otak. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak porang (Amorphopallus muelleri Blume) terhadap kadar SGPT pada tikus (Rattus novergicus) strain Wistar DM tipe 2. Jenis Penelitian True Eksperimental Research dengan desain penelitian ini adalah post test only control group design. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, sampel sebanyak 25 ekor tikus yang dibagi dalam 5 kelompok. Pengujian penelitian ini menggunakan uji Independent T-test. Penelitian ini menggunakan variabel numerik untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan pemberian tepung porang terhadap penurunan kadar SGPT pada tikus pada hari ke-30 menggunakan uji Independent T-test dengan tingkat kepercayaan 95% atau taraf kesalahan 5%. Berdasarkan Uji Statistics independent t-test didapatkan p-value 0,670 > α (0,05) yang artinya jika p-value lebih besar dari α menandakan tidak ada pengaruh pemberian tepung porang terhadap kadar SGPT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pemberian diet tepung porang terhadap kadar SGPT pada penderita DM Tipe 2 (p=0,670) dengan selang waktu 3 bulan.

Kata Kunci: DM tipe 2, Porang, SGPT.

Full Text:

PDF

References

American Diabetes Association. 2004. Diagnosis and classification of diabetes mellitus Diabetes care.

Bhandari, M. R, & Kawabata, J. 2002. Bitterness and toxicity of wild yam (Dioscorea spp) tuber of Nepal. Plant Food for Human Nutrition. Springer Science and Business Media Inc. 60:129- 135.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisologi edisi 3. Jakarta. EGC.

Gustian, R. 2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. pp. 1857 – 1859.

Harsono, Maino Dwi. 2012. Efek Hipoglikemik Biskuit Mengandung Polisakarida Larut Air Umbi Gadung dan Umbi Gembili dan Alginat pada Tikus Diabetes. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Katsuraya, K.; K. Okuyama; K. Hatanaka; K. Oshima; T. Sato, and K. Matsuzaki. 2003. Contitution of konjac glucomannan: chemical analysis and 13C NMR spectroscopy, Carbohydrate polymers. 53:183-189.

Natalia Eka Dessy, Widjanarko Simon Bambang, Ningtyas Dian Widya. 2014. Uji Toksisitas Akut Tepung Glukomanan Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.2 No.1 pp.132-136.

PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. 2011

Prahastuti, S. 2011. Konsumsi Fruktosa Berlebihan dapat Berdampak Buruk bagi Kesehatan Manusia, JKM, 10 (2): 173-189.

Riskesdas 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Rudijanto, A 2010. Pencegahan dan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus melalui Pendekatan Komunitas Ilmu Penyakit Dalam Endokrin pada FK Unibraw. Malang.

Zhang H, Yoshimura M, Nishinari K, Williams MAK, Foster TJ, and Norton, IT. 2005. Gelation behavior of glucomannan with different molecular weight. Biopolymers, 59(1): 39-50.

Abstract - Print this article - Indexing metadata - How to cite item - Finding References - Email this article (Login required) - Email the author (Login required)

Refbacks

  • There are currently no refbacks.