REPRESENTASE VISI SURAT KABAR DALAM FOTO JURNALISTIK

Kristianus Laba, Sugeng Rusmiwari, Carmia Diahloka

Abstract

Dewasa ini foto jurnalistik sebagai salah satu unsur penting dalam kegiatan jurnalistik modern, telah berkembang sangat pesat, apalagi sejak ditemukannya kamera digital yang menawarkan beraneka macam kemudahan. Fotografi jurnalistik semakin besar peranannya menjadi penyampai informasi kepada khalayak secara cepat dan akurat.
Pada dasarnya semua foto yang dimuat di media massa diistilahkan sebagai foto jurnalistik, termasuk foto-foto peristiwa yang tampil di media online seperti internet. Artinya semua produk foto yang mempunyai nilai berita bisa disebut sebagai foto jurnalistik. Dalam konteks ini, fotografi jurnalistik tidak berdiri sendiri sebagai sebuah gambar, melainkan acapkali menjadi suatu kesatuan dengan berita. Keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi, sehingga media massa cetak akan terasa hambar jika salah satunya tidak ada. Media massa cetak hanya akan menjadi lembaran-lembaran mati yang membosankan jika hadir tanpa foto atau gambar (Wijaya, 2011:21).
Foto jurnalistik juga dapat dikatakan sebagai metode berkomunikasi melalui fotografi sehingga foto jurnalistik menjadi sebuah berita ataupun informasi yang dibutuhkan masyarakat baik lokal, regional, nasional maupun pada tingkat internasional. Foto jurnalistik merupakan hasil jerih payah seorang fotografer jurnalistik (kerap juga disebut pewarta foto, foto jurnalis atau wartawan foto) yang dianggap dapat mengekspresikan sudut pandang sang fotografer namun pesan komunikasinya memiliki arti yang jauh lebih luas dari pada hanya sekedar arti dari sudut pandang sang fotografer.
Foto jurnalistik merupakan salah satu produk jurnalistik yang dihasilkan oleh wartawan selain tulisan yang berbau berita (straight news atau hard news, berita bertafsir, berita kedalaman (depth reports) maupun non berita (artikel, feature, tajuk rencana, pojok, karikatur dan surat pembaca). Sebagai produk dalam pemberitaan, tentunya foto jurnalistik memiliki peran penting dalam media cetak maupun cyber media (internet).
Penggunaan foto jurnalistik dalam surat kabar dan majalah mulai berkembang pada tahun 1930 an. Perkembangannya sangat cepat sehingga pada gilirannya teknologi foto dapat mendorong perkembangan media jurnalistik. Foto jurnalistik kemudian tumbuh menjadi suatu konsep dalam sistem komunikasi yang disebut dengan komunikasi foto (Photographic Communication). Bahkan komunikasi foto kini telah menempati kunci model dalam proses komunikasi massa.
Sebagai suatu lambang yang berdimensi visual, foto dan gambar mendeskripsikan sesuatu pesan yang tidak secara eksplisit tertuang dalam komunikasi kata, baik lisan maupun tulisan (Muhtadi, 1999:101). Foto jurnalistik itu sendiri secara harfiah merupakan karya visual dari jurnalisme yang memilki nilai berita atau pesan yang layak untuk diketahui khalayak banyak dan disebarluaskan melalui media massa.
Pertimbangan dari kelayakan sebuah foto jurnalistik meliputi unsur visi, informatif, kehangatan, faktual, relevan, misi termasuk juga di dalamnya mengenai angle atau sudut pengambilan gambar. Selain itu, salah satu prasyarat mutlak dari nilai sebuah foto jurnalistik adalah orisinalitas dan bukan hasil rekayasa termasuk rekayasa koputer grafis. Namun begitu, untuk kepentingan cover sebuah majalah atau media internet, pemakaian komputer grafis terhadap foto bisa ditolelir dan menjadi pertimbangan tersendiri dengan tujuan estetika untuk menarik pembaca.

Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.